Telah terjadi peningkatan ekstensif pada bakteri Shigella yang resistan terhadap obat yang bertanggung jawab atas diare berair dan mungkin berdarah, menurut data terbaru.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengeluarkan peringatan kesehatan pada hari Jumat yang memperingatkan masyarakat akan masalah kesehatan masyarakat yang berpotensi serius.
Menurut penasehat tersebut, sistem pengawasan nasional melihat peningkatan infeksi Shigella yang resistan terhadap obat secara ekstensif. Kasus akibat strain XDR dilaporkan melonjak 5% pada tahun 2022 dibandingkan dengan 0% pada tahun 2015.
Karena strain resisten terhadap antibiotik, dokter yang merawat pasien hanya memiliki pilihan pengobatan yang terbatas. Terlebih lagi, bakteri Shigella mudah menular.
Shigella dapat ditularkan dalam berbagai cara selain dari rute fecal-oral. Kontak langsung antara orang-ke-orang, kontak seksual dan kontak tidak langsung melalui makanan dan air yang terkontaminasi adalah cara penyebaran bakteri.
Gejala khas shigellosis adalah diare, yang seringkali mengandung lendir atau darah. Tanda dan gejala lain yang muncul termasuk sakit perut atau kram, demam dan mual atau muntah. Gejala biasanya berlangsung sekitar lima hingga tujuh hari atau bahkan lebih lama dalam beberapa kasus, menurut Mayo Clinic.
Selain mudah menular, galur baru yang resistan terhadap obat dapat menyebarkan gen resistensi antimikroba ke bakteri lain yang menginfeksi usus, menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius.
“Mengingat masalah kesehatan masyarakat yang berpotensi serius ini, CDC meminta para profesional kesehatan untuk waspada dalam mencurigai dan melaporkan kasus infeksi XDR Shigella ke departemen kesehatan lokal atau negara bagian mereka dan mendidik pasien dan masyarakat yang berisiko tinggi tentang pencegahan dan penularan,” CDC menyatakan dalam penasehatnya.
Shigella menyebabkan infeksi yang disebut shigellosis yang biasanya menyerang anak kecil. Namun, peningkatan strain resisten antimikroba telah terlihat pada populasi orang dewasa, terutama pada laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki, orang yang hidup dengan HIV, mereka yang bepergian ke luar negeri dan individu tunawisma, CNN melaporkan.
Strain baru resisten terhadap antibiotik yang biasa diresepkan, termasuk azithromycin, ceftriaxone, ciprofloxacin, trimethoprim-sulfamethoxazole dan ampisilin. CDC belum merilis rekomendasi untuk pengobatan antimikroba yang optimal.
Laporan CDC 2019 menunjukkan bahwa AS menyaksikan lebih dari 2,8 juta infeksi yang kebal antimikroba dan sekitar 35.000 kematian setiap tahun.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya melaporkan sekitar 5 juta kematian akibat patogen yang resistan terhadap obat pada tahun 2019. Jumlah kematian diperkirakan akan melonjak menjadi 10 juta pada tahun 2050, jika tidak ada intervensi yang dilakukan.