COVID-19 Tidak Akan Memiliki Pola Penyebaran Musiman Influenza: Laporan

Alih-alih penyebaran musiman, novel coronavirus dapat menyebabkan gelombang mini di era pascapandemi.

Reporter senior Nature Ewen Callaway memprediksi awal bulan ini apa yang akan terjadi di masa depan untuk COVID-19. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah mingguan Inggris, Callaway mengatakan SARS-CoV-2 masih belum menunjukkan tanda-tanda menetap dalam pola penyebaran musiman, seperti yang dimiliki influenza.

Mantan reporter biomedis di New Scientist itu mengatakan infeksi COVID-19 bisa meningkat lagi dengan munculnya varian baru. Namun, dia mengklarifikasi bahwa itu tidak akan sama dengan gelombang mematikan yang disaksikan oleh banyak negara di masa awal pandemi.

“Selamat datang di normal baru: era ‘wavelet’. Para ilmuwan mengatakan bahwa gelombang COVID-19 yang eksplosif dan memenuhi rumah sakit tidak mungkin kembali. Sebaliknya, negara-negara mulai sering melihat gelombang yang tidak terlalu mematikan, ditandai dengan tingkat yang relatif tinggi sebagian besar infeksi ringan dan dipicu oleh churn varian baru yang tiada henti,” tulis Callaway.

Alih-alih gelombang yang mengkhawatirkan, gelombang kecil tidak akan membuat lonjakan dramatis dalam rawat inap dan kematian. Efeknya juga akan bervariasi antar negara tergantung pada varian penyebaran dan kekebalan populasinya.

Trevor Bedford, seorang ahli biologi evolusi di Pusat Kanker Fred Hutchinson di Seattle, Washington, juga mengomentari apa yang diharapkan saat dunia bergerak maju dari pandemi.

“Kami belum melambat dalam setahun terakhir, dan saya tidak melihat faktor apa yang menyebabkannya terjadi pada saat ini. Ini akan menjadi penyakit pernapasan yang terus beredar. Ini mungkin kurang musiman daripada hal-hal yang biasa kami lakukan.” untuk,” katanya seperti dikutip dalam laporan Callaway.

Di AS, varian XBB.1.16, yang dijuluki Arcturus, adalah jenis yang diyakini menyebar cukup cepat. Varian yang menarik membuat lebih dari 11% kasus dan dilaporkan menyebabkan konjungtivitis atau mata merah dan demam tinggi pada anak-anak.

Awal pekan ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui bahwa COVID-19 tetap menjadi ancaman global meskipun seminggu sebelumnya mengumumkan bahwa pandemi akan segera berakhir. Karena virus terus berkembang dan menyebar, organisasi akan terus memandangnya sebagai ancaman kesehatan masyarakat.

“Meskipun kita tidak dalam mode krisis, kita tidak boleh lengah,” kata Dr. Maria Van Kerkhove dari WHO.

Diterbitkan oleh Medicaldaily.com

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *