Otak wanita dari negara-negara dengan tingkat diskriminasi gender yang tinggi lebih cenderung memiliki wilayah yang lebih tipis, menurut sebuah penelitian baru-baru ini.
Studi tersebut telah memberikan bukti bahwa diskriminasi berbasis gender tidak hanya memiliki efek psikologis, tetapi juga implikasi fisik. Penelitian menunjukkan bahwa diskriminasi berdasarkan jenis kelamin selama tahun-tahun pembentukan dapat menyebabkan penipisan daerah otak tertentu pada perempuan.
Temuan dari studi inovatif ini diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences.
Faktanya adalah bahwa diskriminasi gender berdampak pada fungsi otak. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa bias gender dapat memengaruhi kinerja akademik seorang gadis, tetapi penelitian pertama ini menilai apakah hal itu juga menyebabkan gangguan fisik.
Khususnya, penelitian sebelumnya menguraikan bagaimana berbagai bentuk stigma (diskriminasi) memengaruhi perkembangan otak anak-anak. Studi tersebut menemukan bahwa anak-anak dari latar belakang Hitam dan Latin, yang tinggal di negara bagian dengan tingkat stigma struktural yang lebih tinggi, memiliki volume hippocampal yang lebih kecil dibandingkan dengan mereka yang tinggal di negara bagian dengan tingkat stigma struktural yang lebih rendah. Efek ini, bagaimanapun, tidak diamati di antara kelompok non-stigmatisasi.
Untuk memahami semuanya, para peneliti menganalisis data pasien untuk 7.876 orang dari 29 negara yang telah menjalani pemindaian MRI. Faktor-faktor seperti kedudukan sosial mereka, dan catatan akademik mereka juga diperhitungkan.
Ternyata, semakin banyak indeks diskriminasinya, semakin tipis daerah otaknya.
Fenomena itu ditemukan terkonsentrasi di belahan kanan – korteks orbitofrontal medial kanan, korteks oksipital lateral kiri, dan cingulate anterior kaudal kanan. Ini adalah bagian-bagian yang pertama kali terpengaruh oleh pengalaman masa kanak-kanak yang merugikan, menurut Medical Express.
“Hasilnya menunjukkan bahwa ketidaksetaraan gender di tingkat negara terkait dengan rata-rata perbedaan struktur otak antara perempuan dan laki-laki dalam ketebalan kortikal. Efek yang terlihat bersifat global, signifikan pada ketebalan kortikal belahan otak kanan,” tulis para peneliti dalam laporan tersebut. belajar.
Menurut para peneliti, mungkin ada self-fulfilling prophecy yang terjadi di negara-negara tertentu, di mana para pemimpin percaya perempuan tertinggal dalam kecerdasan dibandingkan laki-laki, yang mengakibatkan praktik sosial yang diskriminatif terhadap perempuan.
Untuk memutus siklus tersebut, para peneliti merekomendasikan agar para pemimpin secara aktif menolak stereotip ini.
Otak Perempuan Terkena Diskriminasi Pixabay
Diterbitkan oleh Medicaldaily.com