Para ilmuwan baru-baru ini menemukan spesies nyamuk baru yang dapat menyebarkan malaria lebih cepat di Kenya.
Spesies tersebut, bernama Anopheles stephensi, dilaporkan ditemukan oleh tim peneliti di Kenya Medical Research Institute (Kemri), bersama Divisi Program Malaria Nasional (DNMP) Kementerian Kesehatan, menurut surat kabar Kenya, The Standard.
Ilmuwan Kemri pertama kali menemukan spesies tersebut di sub-kabupaten Laisamis dan Saku di Marsabit selama pengawasan nyamuk rutin. Mereka kemudian mengkonfirmasi penemuan spesies baru tersebut di laboratorium.
Spesies baru ini dikatakan menyebar dengan cepat. Kenya adalah negara keenam di benua Afrika yang mencatat invasi A. stephensi. Lokasi lain yang diidentifikasi adalah Djibouti, Ethiopia, Sudan, Somalia dan Nigeria.
“Sayangnya, deteksi di Kenya dapat menyebabkan penularan malaria yang lebih tinggi di daerah perkotaan di negara itu, menimbulkan ancaman serius yang dapat membalikkan hasil yang dicapai dalam perang melawan malaria,” kata Kemri dalam pernyataan yang diperoleh The Standard.
Berbeda dengan spesies vektor malaria lain yang terutama tumbuh subur dan berkembang biak di pedesaan, A. stephensi berkembang biak di lingkungan perkotaan.
Plt Dirjen Kemri Sam Kariuki menjelaskan A. stephensi memiliki tiga ciri yang berbahaya bagi manusia. Spesies baru ini invasif, menyebar sangat cepat dan dapat beradaptasi dengan kondisi iklim dan lingkungan yang berbeda.
“Anopheles stephensi unik karena tumbuh subur di wadah buatan manusia seperti kaleng juri, ban, tangki terbuka, selokan, tangki air, tangki atas dan tangki bawah tanah serta lingkungan yang tercemar,” tambahnya, seperti dikutip NTV Kenya.
Kementerian Kesehatan sedang melakukan penelitian lebih lanjut untuk lebih memahami vektor malaria baru. Sementara itu, para ahli merekomendasikan untuk mengambil tindakan pencegahan seperti tidur di bawah kelambu berinsektisida di tengah penyebarannya.
Diperkirakan 247 juta orang di seluruh dunia terjangkit malaria pada tahun 2021. Perkiraan jumlah kematian akibat infeksi tersebut adalah 618.000 pada tahun itu, menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Wilayah Afrika WHO menanggung sebagian besar beban malaria global. Sekitar 95% kasus dan 96% kematian akibat malaria tercatat di wilayah tersebut pada tahun 2021.
Penyakit yang mengancam jiwa ini disebabkan oleh parasit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Infeksi malaria sebagian besar terjadi di daerah miskin, tropis dan subtropis, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan demam berdarah menyerang 50 juta hingga 100 juta orang setiap tahun di seluruh dunia. Pixabay