Mana yang Memberikan Perlindungan Lebih Baik dari COVID-19?

Apakah terinfeksi COVID-19 lebih baik daripada vaksinasi? Ini adalah salah satu pertanyaan mendesak yang beredar sejak pandemi dimulai. Sebuah tim peneliti akhirnya mencari jawaban atas pertanyaan ini.

Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan di The Lancet, para ilmuwan melakukan tinjauan sistematis dan meta-analisis untuk mengetahui seberapa besar perlindungan yang diberikan oleh infeksi SARS-CoV-2 di masa lalu terhadap infeksi ulang.

“Memahami tingkat dan karakteristik perlindungan dari infeksi SARS-CoV-2 di masa lalu terhadap infeksi ulang berikutnya, gejala penyakit COVID-19, dan penyakit parah sangat penting untuk memprediksi potensi beban penyakit di masa mendatang, untuk merancang kebijakan yang membatasi perjalanan atau akses ke tempat-tempat di mana ada risiko penularan yang tinggi, dan untuk menginformasikan pilihan tentang kapan menerima dosis vaksin,” tulis tim tersebut.

Mereka secara sistematis menyatukan berbagai studi tentang COVID-19 untuk memperkirakan perlindungan dari infeksi masa lalu berdasarkan varian dan waktu yang berlalu sejak infeksi pertama. Dengan cara ini, mereka dapat menentukan apakah kekebalan alami dapat memberikan perlindungan dari infeksi di masa mendatang.

Para ilmuwan menganalisis keefektifan infeksi sebelumnya berdasarkan hasil terhadap infeksi ulang, infeksi bergejala, dan penyakit parah atau fatal. Mereka juga mempertimbangkan varian dan periode sejak infeksi awal.

Setelah mengumpulkan dan menganalisis data dari 65 penelitian dari 19 negara yang berbeda, tim menemukan bahwa infeksi sebelumnya memberikan perlindungan terhadap penyakit bergejala dari jenis asli, varian alfa, beta, dan delta yang menjadi perhatian. Perlindungan terhadap varian tersebut menurun dari waktu ke waktu tetapi tetap di 78,6%.

Tetapi untuk varian omicron yang lebih mengkhawatirkan, efektivitas gabungan yang diberikan oleh infeksi masa lalu hanya sebesar 45,3%. Perlindungan infeksi ulang dari subvarian omicron juga jauh lebih sedikit. Namun, perlindungan rata-rata terhadap penyakit parah dari semua varian yang diteliti adalah lebih dari 78%.

Tim menyimpulkan berdasarkan data ilmiah, kekebalan yang dikembangkan melalui infeksi sebelumnya sangat efektif melawan infeksi ulang dan penyakit parah dari semua varian sebelum omicron.

Temuan menunjukkan bahwa kekebalan dari infeksi masa lalu juga harus ditimbang di samping perlindungan yang diberikan oleh vaksin saat memprediksi beban penyakit COVID-19 di masa depan. Mereka juga dapat membantu memandu para ahli dalam menentukan rekomendasi vaksinasi, sesuai Contagion Live.
Seorang perawat menyiapkan dosis vaksin Pfizer-BioNTech untuk melawan COVID-19 di tengah pandemi virus corona baru, di Pulau Taboga, Panama pada 21 Mei 2021 LUIS ACOSTA/AFP via Getty Images

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *