Mengapa Banyak Orang Amerika Menolak Suntikan Penguat COVID-19

Orang Amerika tampaknya telah mencapai keadaan “kelelahan vaksin”, yang menyebabkan sebagian besar dari mereka menolak penguat vaksin untuk perlindungan lanjutan terhadap COVID-19.

Ketika pemerintah AS meluncurkan dosis penguat bivalen Covid September lalu, pakar kesehatan masyarakat berharap banyak yang akan mengambil kesempatan untuk tetap terlindungi dari virus dan subvarian Omicron yang lebih baru.

Sayangnya, data resmi menunjukkan bahwa penguat bivalen pertama tidak diterima dengan baik seperti yang diharapkan para ahli. Hanya 27,1% orang dewasa dan 18,5% remaja yang menerima suntikan antara November dan Desember 2022.

Meskipun penerimaannya buruk, pemerintah masih sangat mungkin untuk menawarkan dosis penguat bivalen lainnya karena perlindungan yang diberikan oleh dosis pertama mulai berkurang. Namun hingga akhir-akhir ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) masih ragu-ragu tentang pemicu musim semi untuk COVID-19.

Namun, orang Amerika mungkin sudah mengalami kelelahan vaksin, yang didefinisikan oleh American Medical Association (AMA) sebagai “keengganan atau kelambanan terhadap informasi atau instruksi vaksin karena anggapan beban atau kelelahan.”

Menurut data terbaru yang diperoleh AMA, hanya 15,8% dari populasi AS yang telah menerima suntikan penguat bivalen yang diperbarui meskipun subvarian XBB.1.5 Omicron yang sangat mudah menular tersebar di negara tersebut.

Di luar AS, negara lain juga mengalami fenomena yang sama. Studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Medicine menemukan bahwa kesediaan orang untuk divaksinasi di Austria dan Italia relatif rendah.

Peneliti mensurvei 6.357 orang di dua negara Eropa tersebut. Responden diminta menilai “kesiapan mereka untuk divaksinasi” pada skala 0 hingga 10. Peringkat rata-rata adalah 5,8 di Italia dan 5,3 di Austria.

“Responden di kedua negara melaporkan tingkat kelelahan pandemi yang tinggi dan menunjukkan tingkat kepercayaan yang rendah hingga sedang pada parlemen dan pemerintah,” tulis penulis studi tersebut, mencatat bahwa rendahnya kepercayaan pada institusi medis, pemerintah, dan vaksinasi adalah hal yang umum di antara responden.

Norman B. Gaylis, direktur medis di Pusat Imunoterapi Florida Selatan dan pakar lama COVID, mengatakan kepada Fox News Digital bahwa banyak orang tampaknya kehilangan kepercayaan pada vaksin karena berbagai alasan.

“Sayangnya, banyak orang percaya bahwa COVID bukan lagi ancaman kesehatan serius yang harus mereka khawatirkan,” jelasnya setelah menyatakan bahwa banyak yang kehilangan kepercayaan di tengah sudut pandang yang saling bertentangan dan kontroversi seputar perlindungan dan efek samping vaksin.

Seorang pekerja medis menyiapkan vaksin Moderna Covid-19 di Rumah Sakit Sant Joan de Deu di Barcelona pada 16 Januari 2021 AFP / Josep LAGO

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *