Sindrom iritasi usus pertama kali dijelaskan pada tahun 1890-an. Namun hingga saat ini, masih belum ada penjelasan pasti apa penyebabnya. Seorang peneliti berusaha menemukan jawaban atas misteri ini dalam sebuah studi baru.
Brennan Spiegel, MD, direktur Penelitian Layanan Kesehatan di Cedars-Sinai Medical Center di Los Angeles, California, berhipotesis dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Gastroenterology bahwa gravitasi dapat menyebabkan sindrom iritasi usus besar (IBS) — gangguan pada interaksi usus-otak yang mengakibatkan masalah pada sistem pencernaan.
“Hipotesis yang diajukan di sini adalah bahwa IBS dapat dihasilkan dari sistem manajemen gravitasi anatomis, fisiologis, dan neuropsikologis yang tidak efektif yang dirancang untuk mengoptimalkan bentuk dan fungsi gastrointestinal, melindungi integritas somatik dan visceral, dan memaksimalkan kelangsungan hidup di dunia yang terikat gravitasi,” tulisnya.
Penulis penelitian mencatat bahwa gejala IBS bisa disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk mengatur gravitasi. Untuk mendukung klaimnya, Spiegel melihat pengaruh gravitasi pada evolusi manusia dan pengaruhnya terhadap kesehatan secara keseluruhan. Dia juga mengulas penelitian sebelumnya yang menunjukkan efek fisiologis gravitasi pada tubuh.
“Kita menjalani seluruh hidup kita di dalamnya, dibentuk olehnya, namun hampir tidak menyadari pengaruhnya yang selalu ada pada tubuh kita. Setiap serat tubuh kita dipengaruhi oleh gravitasi setiap hari, termasuk saluran pencernaan kita,” kata Spiegel kepada Medscape Medical News.
Selain membahas bagaimana gravitasi memengaruhi usus dan area perut, ia juga mengeksplorasi bagaimana sistem saraf berperan dalam manifestasi gejala IBS.
“Sistem saraf kita telah mengembangkan caranya sendiri untuk mengelola gravitasi, dan bagaimana firasat muncul saat sistem saraf kita mendeteksi tantangan gravitasi, seperti ‘kupu-kupu’ saat jatuh di roller coaster atau di pesawat yang bergolak,” kata Spiegel.
Menurut Shelly Lu, MD, direktur Divisi Penyakit Pencernaan dan Hati di Cedars-Sinai, hal terbaik tentang hipotesis Spiegel adalah dapat diuji.
“Jika terbukti benar, ini adalah perubahan paradigma besar dalam cara kita berpikir tentang IBS dan mungkin juga pengobatannya,” katanya dalam siaran pers.
IBS adalah gangguan umum dan kronis yang mempengaruhi lambung dan usus. Pasien mengalami gejala seperti kram, sakit perut, diare, kembung, gas dan sembelit. Kebanyakan dari mereka dapat diobati dengan pengobatan dan konseling, menurut Mayo Clinic.
Kondisi ini sulit didiagnosis karena gejalanya bervariasi dari satu pasien ke pasien lainnya. Perawatan juga disesuaikan tergantung pada individu dan gejala.
Langkah pertama untuk menemukan kelegaan adalah membuat janji temu dengan penyedia layanan kesehatan untuk mendiskusikan semua gejala Anda. Stok Adobe