Dua kasus infeksi flu burung pada manusia di Kamboja tidak ditularkan oleh pasien satu sama lain, menurut pakar kesehatan masyarakat.
Kementerian Kesehatan Kamboja mengumumkan hari Jumat bahwa dua kasus flu burung H5N1 yang baru-baru ini dilaporkan di provinsi Prey Veng tidak disebabkan oleh “penularan dari manusia ke manusia,” lapor surat kabar lokal berbahasa Inggris Khmer Times.
“Kedua kasus telah disimpulkan sebagai penularan virus H5N1 dari unggas, dan kejadian ini bukan penularan dari manusia ke manusia,” kata juru bicara badan tersebut dalam pernyataan kepada media lokal untuk mengklarifikasi spekulasi dan menutup kekhawatiran bahwa virus tersebut sudah mampu menular antar manusia.
Akhir bulan lalu, Medical Daily mengetahui tentang seorang gadis berusia 11 tahun yang meninggal di sebuah rumah sakit di ibu kota Kamboja Phnom Penh sekitar seminggu setelah jatuh sakit karena virus tersebut. Dia dilaporkan jatuh sakit pada 16 Februari dan dikirim ke rumah sakit untuk perawatan tetapi tidak bertahan setelah menderita gejala, termasuk demam tinggi, batuk, dan sakit tenggorokan.
Kasus lainnya adalah ayah gadis itu. Pejabat baru mengetahui tentang infeksinya saat menyelidiki kasus tersebut dan melakukan tes di daerah tempat tinggal gadis itu. Juru bicara tersebut mengonfirmasi bahwa mereka juga menguji 51 sampel dari manusia lain, termasuk 20 kontak dekat dan 31 dengan gejala mirip flu. Tapi hasilnya negatif virus.
“Tim investigasi masih siaga untuk penemuan kasus aktif dan akan mengumpulkan sampel untuk pengujian dari individu dengan gejala mirip influenza,” tambah juru bicara itu.
Associated Press melaporkan bahwa ayah gadis itu dinyatakan positif sehari setelah kematiannya. Dia diisolasi sampai tidak lagi menunjukkan gejala flu dan baru dibebaskan setelah tiga kali dinyatakan negatif flu burung.
Pejabat kesehatan setempat, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyimpulkan bahwa kedua infeksi tersebut disebarkan oleh unggas dan bukan melalui penularan antara induk dan anaknya.
“Sementara karakterisasi lebih lanjut dari virus dari kasus manusia ini tertunda, bukti epidemiologis dan virologis yang tersedia menunjukkan bahwa virus A(H5) saat ini belum memperoleh kemampuan penularan berkelanjutan di antara manusia, sehingga kemungkinan penyebaran berkelanjutan dari manusia ke manusia adalah rendah,” kata WHO dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip The BMJ.
Avian influenza diketahui biasanya menginfeksi burung dan menimbulkan sedikit ancaman bagi manusia karena virus tersebut tidak mampu mengikat sel-sel di saluran pernapasan manusia dengan sangat efektif. Namun, para ahli memperingatkan agar tidak berpuas diri karena penyebaran virus dari hewan ke manusia bukan tidak mungkin.
Secara historis, flu burung telah menginfeksi ratusan orang. Sebuah laporan WHO sebelumnya mengungkapkan bahwa virus tersebut memiliki tingkat kematian kasus 56% setelah mencatat 135 kematian dari total 240 kasus infeksi manusia yang tercatat sejak Januari 2003.
Seorang petani Prancis melihat bebek di kandangnya di peternakan unggas di Doazit, Prancis Barat Daya, 17 Desember 2015. REUTERS/Regis Duvignau